Selasa, 27 Desember 2016

Hari Raya Saraswati
Hari Raya Saraswati adalah hari yang dianggap baik oleh umat Hindu untuk memperingati turunnya ilmu pengetahuan. Bagi umat Hindu Indonesia hari raya Saraswati diperingati setiap 210 hari, yaitu pada hari Saniscara Umanis (Sabtu legi) wuku watugunung. Pemujaan ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi sebagai sumber ilmu pengetahuan. Beliau disebut Saraswati Dewi atau Dewi Saraswati, diwujudkan dengan aksara “Om Kara” dan dipersonifikasikan sebagai wanita cantik bertangan empat memegang wina, ganitri, cakepan, kropak, dengan mengendarai burung merak dan angsa.

1.      Makna simbolis Saraswati

a.       Wanita cantik mempunyai arti simbolis bahwa ilmu pengetahuan itu memiliki daya tarik dan kiranya digandrungi oleh setiap orang
b.      Bertangan empat sebagai lambang kekuatan atau kemampuan menjangkau segala arah mata angin.
c.       Kropak atau Cakepan sebagai lambang sumber ilmu pengetahuan
d.      Wina sebagai simbol bahwa ilmu pengetahuan itu makin direnungkan makin indah dan menarik.
e.       Ganitri sebagai simbol bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan habis-habisnya untuk dipelajari atau tidak ada awal dan tidak ada akhir.
f.       Angsa sebagai lambang ketenangan dan kewaspadaan, maksudnya dengan ilmu pengetahuan itu seseorang akan mencapai kesadaraan diri sehingga hidupnya akan mencerminkan ketenangan dan selalu waspada.
g.      Burung Merak sebagai lambang keagungan, kewibawaan, derajat/martabat dan bisa memberikan kebahagiaan orang lain
Pemujaan pada hari Saraswati lebih banyak bersifat penyucian diri, lahir dan batin untuk selanjutnya dapat menerima sinar suci Tuhan berupa ilmu pengetahuan yang berguna untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia sekala dan alam niskala. Pelaksanaan pemujaan dilakukan dengan persembahyangan serta menghaturkan sesajen yang dipusatkan pada kitab-kitab suci yang merupakan sumber ilmu pengetahuan secara sekala atau niskala. Upacara diselengarakan pada pagi hari. Selama itu hendaknya dihindari membaca pustaka-pustaka suci ataupun hal-hal lain yang bersifat pengetahuan. Maksudnya ialah sebagai penghormatan selama diselenggarakan upacara pemujaan. Sesajen yang dipersembahkan upacara pemujaan. Sesajen yang dipersembahkan adalah:
1)      Dalam tingkatan yang paling kecil terdiri dari: Banten saraswati.
2)      Dalam tingkatan menengah (madya) terdiri dari Banten Saraswati, Ajuman Putih Kuning, Peras dan Daksina.
3)      Dalam tingkatan yang besar (utama), terdiri dari: Sesajen-sesajen seperti diatas, ditambahkan dengan Suci beserta runtutan-runtutannya, Sesayut Saraswati dan banten ayaban sesuai dengan kemampuan.

2.      Banten Saraswati
Untuk membuat banten ini diperlukan bebrapa perlengkapan sebagai berikut:
a.       Jaja Saraswati adalah jajan yang berbentuk bundar kemudian secara berturut diisi dua ekor berbentuk cecak dari tepung beras berwarna putih bermata hitam lengkap dengan sarangnya, akan lebih sempurna bila dilengkapi dengan jajan berbentuk Om-kara, dibuat dari bahan yang sama tetapi berwarna hitam.
b.      Bubur precet, adalah bubur yang berbentuk gilingan melingkar-lingkar, dibuat dari tepung beras dicampur dengan santan dan air cendana.
c.       Bubuh nganten adalah bubur berwarna putih dan kuning dibuat dari bahan seperti diatas.
d.      Bubuh rook adalah sejenis rokok dibuat dari daun andong diisi bubur seperti di atas diikat dengan benang putih. Untuk banten Saraswati diperlukan dua buah rook.
e.       Sekar Saraswati adalah setangkai bcabang beringin berisi 5 lembar daun ; Tiga diantara diisi bubur seperti diatas tetapi bungkusannya berbentuk segitiga, rokok dan lekukan yang menyerupai “Base-Tampel”(sirih yang dibentuk secara khusus).
f.       Tadahan Saraswati terdiri dari beras yang dicuci sampai bersih dialasi sebuah tangkih/tempat lain. Ada pula yang membuat dari ketan dicuci sampai bersih dicampur dengan parutan kelapa.
g.      Nasi pradnyan, adalah nasi yang dicampur dengan kacang “komak” atau sejenisnya yang telah direbus dengan bumbu, diisi serundeng, kacang goreng, ikan teri goreng, telor dadar, terong , mentimun, serta lauk lain yang biasa dijadikan persembahan, serta daun kemangi, daun “Pradnya” (daun intaran) ataupun daun-daunan lain yang berfungsi sebagai penyedap.
h.      Jaja Kukus Putih Kuning dibuat dari ketan yang dikukus diberi warna putih dan kuning. Bila memungkinkan dapat dilengkapi dengan beberapa jenis “Jaja Sesamuhan Suci” berwarna putih kuning.
Sesungguhnya masih ada beberapa perlengkapan tetapi fungsinya sama yaitu sebagai “pengelebar”, setelah persembahyangan pada keesokan harinya (setelah mebanyu pinaruh). Perlengkapan-perlengkapan tersebut masing-masing dialasi sebuah tangkih kemudian diatur letaknya pada sebuah tamas atau taledan dilengkapi dengan jajan, Buah-buahan, sampian kepet-kepetan, penyeneng beserta isinya dan canang buratnyawangi/canang sari. Bila tidak memungkinkan untuk membuat alas seperti diatas, dapat mempergunakan yang lain misalnya piring serta mangkuk kecil-kecil asalkan dalam keadaan suci/belum pernah dipakai. Mengenai sesajen lainnya tidak dijelaskan lagi karena sudah umum dipergunakan, sedangkan sesajen dalam tingkatan utama, penggunaannya terbatas dikalangan Pandita saja.
            Sumber
            Judul Buku      : Panca Yadnya
            Penyusun         : DR. I Wayan Suarjaya, dkk
            Tahun terbit     : 2008
            Penerbit           :Widya Dharma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar