Senin, 19 Desember 2016

Manfaat Sembahyang Dalam Pembinaan Diri

1.      Sembahyang menumbuhkan keikhlasan
Bagi  mereka yang rajin sembahyang akan tumbuh rasa dekat dengan Tuhan dan akan semakin menghayati Kemaha Kuasaannya san ajaran-ajaran-Nya. Apapun kenyataan yang kita terima itu adalah sudah merupakan takdirNya. Kalau hal ini sudah benar-benar, dapat dipahami kekecewaanpun tidak terlalu berat dirasakan. Karena sudah ditentukan manusia hanya berhak pada kerja. Apapun yang merupakan kenyataan atas kerja kita itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa.
Keikhlasan disini bukan menyerah tanpa kerja Nasib buka berarti hasil berdiam diri. Nasib bukan berarti hasil berdiam diri. Nasib adalah kenyataan dari pada kerja. Keikhlasan adalah meringankan penderitaan orang yang tidak memiliki keikhlasan dan selalu gelisah dan gusar menerima kenyataan yang pahit. Dan melonjak-lonjak penuh keangkuhan dan kesombongan kalau kenyataan itu manis dan menyenangkan. Sembahyang yang tekun akan dapat menimbulkan keyakinan diri bahwa Tuhan selalu dirasakan dekat padanya.
Rasa ikhlas akan meringankan penderitaan dan kegelisahan jiwa. Adapun kenyataan yang diterimanya tidak akan pernah menghentikan usahanyaa untuk berkarma berdasarkan dharma. Berkarma merupakan usaha kewajiban hidup bagi setiap orang. Sembahyang yang melahirkan keikhlasan jiwa adalah sembahnyang didasarkan pada sastra Agama. Karena semabhyang yang benar adalah sembahyang dilator belakangi oleh penyerahan diri sebulat-bulatnya pada Tuhan. Setiap kenyataan yang diterima dari kermanya yang diyakininya itu adalah takdir Tuhan.
2.      Sembahyang dapat menumbuhkan rasa aman dan jiwa yang tentram.
Rasa aman dan jiwa yang tentram juga merupakan kebutuhan rokhani dari pada setiap orang. Rasa aman akan dirasakan oleh orang yang selalu merasa dekat dengan Tuhan. Salah satu Kemaha Kuasaan Tuhan adalah sebagai pelindung ciptaanNya yang benar-benar meyakiniNya dan selalu memuja dan melaksanakan ajaran-ajaranNya.
Rasa aman itu timbul karena adanya keyakinan bahwa Tuah  selalu akan melindungi dirinya. Ibarat seorang anak yang sellau berada disamping orang tuanya. Seperti orang sakit yang didampingi oleh dokter. Jiwa yang tentram adalah jiwa yang terlepas dari rasa cemas, gelisah, bingung, ragu-ragu dan kecewa. Nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai material hanya akan dapat ditumbuhkan oleh manusia yang berjiwa tentram. Manusia yang berjiwa tentram akan menjadi manusia-manusi yang produktif dan hidup bergairah. Hidup di dunia ini akan dirasakan sangat indah dan semarak sebagai tempat berkarma untuk meningkatkan diri. Tidak akan ada suatu kemajuan di dunia kalau di dunia ini dihuni oleh manusia-manusia yang berjiwa gelisah, cemas, ragu-ragu dan sellau kecewa melihat keadaan.
3.      Sembahyang dapat mengatasi perbudakan material
Orang yang rajin sembahyang dan tekun sembahyang akan dapat melihat dengan terang nilai mana yang lebih tinggi dan nilai mana yang lebih rendah. Manusia memang tidak dapat lepas dengan artha benda. Ibarat perahu tidak akan dapat berlayar tanpa air. Tetapi hendaknya diingat air itu adalah sarana, tujuan perahu berlayar adalah menuju pantai. Demikian pula manusia artha benda itu adalah alat manusia untuk mencapai pantai bahagia. Juga harus diingat kalau perahu yang tidak kokoh dan tidak terkendali justru air-lah yang akan menenggelamkannya perahu itu. Demikian pula manusia kalau tidak sadar bahwa artha benda itu adalah alat justru menjadi terbalik manusia diperalat oleh artha benda itulah dianggap tujuan utama dan nilai tinggi, manusia yang demikian itulah akan diperbudak oleh materi.
Dalam ketekunan sembahyang orang akan dapat melihat dengan terang. Artha benda itu harus dicari sebanyak-banyaknya demi melaksanakan dharma. Untuk mencari sahabat, untuk membantu orang miskin. Untuk berbakti pada orang tua, saudara, membantu orang sakit, menyemarakkan kehidupan beragama. Orang yang terang pandangannya karena ketekunan sembahyang akan aktif mencari artha benda, tetapi dia tetap tidak diperbudak oleh artha benda itu. Ibarat ikan di laut, meskipun bertahun-tahun ada dalam air laut ikanpun tidak bisa asin oleh asinnya air laut itu sendiri
4.      Sembahyang menumbuhkan cinta kasih
Rasa dekat dengan Tuhan yang ditumbuhkan oleh ketekunan sembahyang, akan meningkatkan rasa cinta kasih kepada sesama. Karena jiwatman yang ada pada semua makhluk adalah satu sumber dari Tuhan. Kalau  kita umpamakan Tuhan  itu magnit dan manusia adalah sepotong besi, maka besi yang ditempelkan kepada magnit tersebut akan menjadi magnit pula, kalau ada potongan besi yang lainnya ditempelkan pada besi yang telah menempel pada magnit, besi itupun akan menjadi magnit pula.
Demikianlah manusia yang telah memiliki rasa dekat dengan Tuhan akan semakin tumbuh rasa kasihnya dengan sesama manusia. Rasa kasih itu ditumbuhkan oleh adanya keyakinan yang semakin mantap lewat sembahyang bahwa pada hakekatnya manusia itu satu saudara ciptaan Tuhan. Sembahyang yang tekun akan dapat menghilangkan rasa benci, marah, dendam, iri hati, dan mementingkan diri sendiri. Karena membenci orang lain sama saja dengan membenci diri sendiri. Dalam kebersamaan kita akan merasakan dunia ini indah (ramai) persaingan hidup yang bersifat negatif akan dapat dihilangkan.
5.      Sembahyang dapat melestarikan alam
Dalam melakukan sembahyang kita memerlukan sarana yang berasal dari alam. Jadi dengan sembahyang kita termotivasi untuk melestarikan bunga, daun-daunan, pohon buah-buahan yang kita butuhkan dalam upacara persembahyangan juga membutuhkan air dari sumber-sumber air yang alami oleh Karena  itu timbul usaha untuk melestarikan alam.
Disamping itu manusiapun lewat ketekunan sembahyang akan tumbuh rasa cinta akan alam ciptaan Tuhan. Rasa cinta alam inipun yang mendorong manusai untuk melestarikan alam lingkungan yang amat besar jasanya pada kehidupan manusia.
6.      Sembahyang untuk memelihara kesehatan jasmani
Persembahyangan dilakukan dengan beberapa sikap-sikap yang dalam Agama Hindu disebut “Asana”. Ada beberapa bentuk asana yang dipergunakan untuk melakukan sembahyang. Ada sembahyang yang dilakukan dengan duduk ada dengan berdiri seperti dalam ruangan seperti rapat-rapat umat yang didahului dengan Tri Sandya. Sikap duduk ada beberapa bentuk misalnya:
a.       Padmasana yaitu sikap sembahyang dengan duduk seperti teratai. Asana ini dilakukan dengan menempatkan kaki kanan diatas paha kiri atau sebaliknya, tulang punggung sampai kepala menjadi satu garis tegak, sekujur tubuh dilemaskan. Sikap duduk ini berguna untuk membantu menyembuhkan penyakit rematik dikaki, paha dan punggung dan juga melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh.
b.      Vajrasana biasanya dilakukan oleh umat yang Wanita. Vajrasana berarti sikap duduk dengan ketetapan hati untuk sembahyang. Manfaat dari sikap Vajrasana yaitu dapat menguatkan tulang punggung, pencernaan dalam perut dapat bekerja lebih sempurna, menguatkan otot-otot kaki, paha, membantu menyembuhkan penyakit dilutut, kaki dari dan paha atas, menghilangkan kembung diperut karena kebanyakan angin, mengaktifkan urat-urat yang halus dll.

Dalam melakukan sembahyang setelah menentukan sikap sembahyang baik yang duduk maupun yang berdiri terus dilanjutkan dengan melakukan “pranayama” yaitu pengaturan nafas dengan menarik, menahan, dan mengeluarkan nafas dengan perbandingan 1: 4:2, hal ini minimal dilakukan dalam tiga putaran. Pranayama ini dilakukan melalui hidung manfaat kesehatan yang didapat yaitu menambah zat asam pada paru-paru, menenangkan pikiran, untuk dipusatkan pada obyek sembahyang, memberikan tenaga baru pada seluruh tubuh agar organ-organ tubuh dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Demikianlah sikap/asana dan pranayama dalam sembahyang. Manfaat kesehatan ini baru kita dapat rasakan apabila dilakukan dengan penuh ketekunan dan berkesinambungan. Hal ini tidak akan membawa manfaat apa-apa bila dilakukan dengan setengah-setengah apabila tidak berkesinambungan setiap hari
Demikian pemaparan manfaat sembahyang yang dapat saya bagikan, kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Sumber informasi:
Judul buku : Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan
Disusun oleh : Dr. I Ketut Wiyana
Penerbit :Paramitha 
Tahun terbit : 2010

1 komentar: